Tamansari
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun beberapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.
Halaman belakang yang luas dihiasi dengan pot-pot besar dan empat buah bangunan yang disebut dengan Gedung Papat. Bangunan ini digunakan oleh para putri keraton untuk beristirahat setelah berenang di kolam. Di dalam Tamansari terdapat tiga buah kolam, yaitu kolam untuk anak-anak, kolam utama untuk para putri, dan kolam khusus untuk Raja.
Di sebelah selatan kolam terdapat tempat khusus bagi Raja untuk bertapa. Adapun di sebelah utara kolam terdapat masjid yang terletak di bawah tanah. Masjid ini sangat unik, berbentuk lorong melingkar seperti donat, dan terdiri atas dua lantai. Lantai bawah dipakai untuk jamaah wanita, lantai atas untuk jamaah pria. Tangga dari lantai bawah menuju ke lantai atas terletak di tengah-tengah lingkaran.
Bagian penting lain dari Tamansari adalah Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti. Pulau Kenanga berupa bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus sebagai tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air dibuka dan kawasan Tamansari digenangi oleh air.
Selain sebagai tempat bersantai dan berwisata keluarga raja, Tamansari juga berfungsi sebagai tempat berlindung dengan sistem pertahanan yang unik. Air di Tamansari tidak hanya berfungsi untuk memperindah taman, tetapi juga sebagai senjata rahasia untuk melindungi diri dari bahaya. Jika musuh menyerang, Sultan dan keluarganya dapat melarikan diri melalui terowongan bawah tanah. Setelah semuanya berada di tempat aman, gerbang air akan dibuka dan air akan membanjiri musuh hingga tenggelam.
Tamansari merupakan bangunan tua bersejarah yang memiliki makna dan nilai yang sangat kaya. Arsitektur bangunan sangat canggih, dan sudah lama menjadi studi yang mendalam bagi para arsitek serta arkheolog. Sebagian bangunan sudah rusak, tetapi bangunan yang tersisa masih mampu menggambarkan bentuk bangunan asli dulu.
Ada dua cara untuk mengunjungi tempat ini. Pertama adalah melalui Pasar Ngasem, masuk ke dalam dan temukan sebuah gang yang disebut KP III, belok ke kiri, jalan kaki sekitar 200 m, Anda akan menemukan Pulo Kenongo dan kompleks perumahan. Yang kedua adalah melalui Jalan Taman Sari, dari Pasar Ngasem, naik becak ke Alun-Alun Selatan, sekitar 0,5 Km belok kanan, ada pintu masuk utama Timur, yang merupakan jalan ke kolam renang kerajaan.
Specifications
- Tiket Masuk:Rp. 3.000 / orang
- Alamat Lokasi:jl. Taman, Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar